Pesisir Barat||Lensahukumnews.com
Cikal Farrah labita (19) Atlet tarung derajat putri asal Pesisir Barat, Provinsi Lampung, mengaku belum mendapat pembinaan dan perhatian yang layak dari Pemerintah Daerah, KONI dan Dispora untuk dirinya sebagai salah satu atlet berprestasi. Padahal ia merupakan putri daerah yang telah berulang kali mengharumkan Kabupaten Pesisir Barat melalui berbagai medali yang diperolehnya.
“Belum ada perhatian dari Pemda Pesibar, Bang. Padahal saya telah berusaha memberikan yang terbaik untuk mengharumkan nama daerah Pesibar. Yang ada malah dapat cacian dari sekertaris KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) terhadap orang tua saya,” ujar Cikal kepada Kongkrit.com saat dikonfirmasi ditempat kediamannya, Kamis (17/9/20).
Dikatakan Cikal, dirinya telah menjadi atlit sejak tahun 2015-2019, dan meraih prestasi sampai 10 kali di Provinsi Lampung Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera bagian selatan (Subagsel) dan Banten dan Provinsi Bengkulu.
Berikut prestasi mendali yang telah diraih Cikal Farrah Labita sebagai atlet tarung derajat:
1.Kejurda (kejuaraan daerah tarung derajat) tahun 2015 di gor Saburai Provinsi Lampung dengan meraih mendali emas
2.Popnas (pekan olahraga nasional) di Jawa Barat tahun 2015 dengan meraih mendali perak
3.Kejurda (kejuaraan daerah tarung derajat II) tahun 2017 di Universitas Bandar Lampung (UBL) dengan meraih mendali emas
4.Popnas(pekan olahraga nasional) tahun 2017 Jawa Tengah dengan meraih mendali emas
5.Porprov Wushu tahun 2018 meraih mendali emas
6.Kerjurnas(kejuaraan nasional piala presiden) tahun 2018 di Yogyakarta dengan meraih mendali perak
7.Kejurnas tinju amatir tahun 2018 di gor Saburai Bandar Lampung meraih mendali perunggu
8.Kejuaraan Sumbagsel dan Banten tahun 2019 Lampung selatan meraih mendali emas
9.Kejurda tinju amatir tahun 2019 di Pekor Bandar Lampung dengan meraih mendali emas
10.Prapon tinju amatir tahun 2019 di Provinsi Bengkulu dengan meraih mendali perunggu.
“Alhamdulillah dengan kerja keras saya bisa mengharumkan Kabupaten Pesisir Barat di ajak kejuaraan baik daerah hingga nasional,” tutur Cikal.
Menurut Cikal, meskipun ragam prestasi yang ia raih tetapi seakan-akan pemerintah daerah (Pemda-red) menutup mata atas prestasi yang dicapainya.
“Saya asli putri daerah Pesisir Barat. Tapi di saat saya bertarung di berbagai event, saya kayak bukan atlet dari Kabupaten Pesibar. Pada saat event itu saya merasa sedih dikarnakan pihak pemerintah tidak ada yang datang. Disanalah juga saya timbul rasa iri dengan atlet daerah lain, mereka sangat senang karena didatangi oleh pemerintah. Sedangkan saya tidak ada,” ucap Cikal dengan seraya meneteskan air mata mengenang hal itu.
“Tahun ini saya sudah ditawari untuk mengikuti MMS di ajang nasional. Namun masih kita pertimbangkan terlebih dahulu dikarnakan Cikal pernah cidera,” tuturnya.
Sementara Cikal berharap, kepada Pemerintah agar ke depannya serius memperhatikan atlet-atlet yang bertarung diberbagai event. Dengan adanya perhatian itu, para atlet lebih semangat saat bertarung demi mengharumkan nama baik daerah Pesisir Barat di dunia olahraga, baik itu tingkat daerah maupun nasional.
“Saya berharap kalau pemerintah memberikan perhatian kepada kami atlet-atlet. Dengan adanya perhatian itu, kami bertambah semangat,” harap Cikal.
Dimana Cikal lahir pada 11 november 2000 anak dari seorang nelayan dengan penghasilan 1 juta rupiah perbulan. Meski dengan penghasilan yang sangat minim namun sosok ayah tetap semangat melihat putrinya yang mempunyai bakat di olahraga bela Hendrik Supriadi (Ayah-red) keselamatannya terancam meskipun nyawa sebagai taruhannya.
“Walau ujan badai dan hempasan ombak yang menerjang sampan/perahu namun tidak putus semangat juangnya demi mewujudkan cita-cita anaknya untuk menjadi atlit nasional agar dapat mengharumkan nama baik Pesisir Barat tingkat nasional dan internasional,” ungkap Hendrik.(*)