Tubaba, lensahukumnewa.com – Ketua MPW Pemuda Pancasila (PP) Provinsi Lampung Hi. Rycko Menoza SZP, SE,MBA Ketua MPW PP Lampung. menyesalkan tindakan tidak taat hukum petugas keamanan PT Huma Indah Mekar (HIM) atas dugaan Penganiayaan terhadap salah seorang dari warga Masyarakat Adat 5 Keturunan Bandardewa, Sabirin, yang juga sebagai ketua PAC Pemuda Pancasila Tulangbawang Tengah, Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi Lampung, Rabu (2/3).
“Saya belum mendapatkan informasi secara utuh terkait dugaan korban sekuriti tersebut juga merupakan salah satu Pengurus Anak Ranting di Cabang Tulangbawang Barat,” kata Rycko Menoza. Rabu (2/3).
“Yang pasti siapapun korban dan pelakunya, mendorong pihak kepolisian untuk bisa menyelesaikan permasalahan ini yang bisa berdampak korban lainnya,” sambungnya.
PP, menurut dia, menentang segala bentuk kekerasan apalagi sampai menimbulkan korban luka.
“Mudah-mudahan pihak-pihak berwenang, Tokoh Adat, termasuk Pemkab juga pemilik perusahaan bisa mencari solusi bagaimana sengketa lahan yang rentan terjadi tidak terjadi lagi,” harap Rycko menandaskan.
Kesaksian Salmani, Sekretaris MPC PP Tulangbawang Barat
Salmani, Sekretaris MPC PP Tulangbawang Barat yang berada ditempat pada saat peristiwa penganiayaan oleh Satpam PT HIM terhadap warga Masyarakat Adat 5 Keturunan Bandardewa berlangsung, menuturkan dengan rinci kronologis kejadian hingga kesaksiannya melihat luka korban identik dengan akibat senjata tajam.
“Kejadian itu kurang lebih sekitar Jam 3: 00. Pada dasarnya kami itu berbondong-bondong sedang mau ke kantor perusahaan PT HIM itu, salah satunya karena disitu sudah banyak PAM dari Brimob dan sebagainya Polisi, kami ingin mempertanyakan masalah saudara kita Amin yang lagi ditahan,” kata Salmani mengawali kisahnya. Rabu, (2/3) malam.
Karena prosedurnya, lanjut dia, kita anggap tidak sesuai dengan prosedur, sebab surat panggilannya juga kita tidak pegang. Lalu belum sempat bertanya yang banyak, saya masih di dalam mobil, tiba-tiba kami dalam radius sekitar 200 meter melihat saudara Sabirin ini sudah terjadi perkelahian. Tetapi awalnya kami tidak yakin kalau itu Sabirin, entah siapa yang sudah diinjak-injak.
“Disitu ada Satpam, ada juga oknum kepolisian yang melakukan tindakan penganiayaan. Bahkan kepolisian ada banyak disitu membiarkan tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh Satpam,” ungkapnya.
Salmani membeberkan, Nah, begitu kami turun dari mobil, kami kejar, akhirnya merangseklah para pelaku-pelaku itu, mundur. Tetapi kami sudah terlanjur akhirnya bentrokan dengan aparat kepolisian. Begitu kami lihat, ternyata yang diinjak-injak itu saudara kami Sabirin, ketua PAC PP Tulangbawang Tengah.
Hanya kita tidak sempat berpikir bahwa Sabirin yang lukanya begitu parah karena kami sudah bentrok dengan kawan-kawan kepolisian.
Kejadian itu sudah seperti begitu cepatnya, sehingga ada juga dari pihak kepolisian juga ada yang keseleo atau patah kaki yakni kasat Intel Polres Tulangbawang Barat, AKP Tora yang terjatuh sendiri ketika akan menenangkan anggotanya dan massa.
Saya dan Iwan TB berjuang menenangkan massa karena luar biasa tidak terkendali, kejadian begitu cepat malam ini pun melaporkan ke Polres Tulangbawang Barat untuk agar mereka juga melakukan tindakan cepat dan agresif terhadap pelaku-pelaku yang melakukan penganiayaan terhadap saudara Sabirin.
Jadi kami sekarang masih ada di Polres. Dan Saudara Sabirin ini tidak mungkin tidak digunakan pakai senjata tajam karena lukanya luka senjata tajam bukan luka senjata tumpul. “Nah itulah kejadian-kejadian yang begitu cepat,” tutup Salmani.
Sebelumnya, Gesekan berdarah antara warga dan satpam perkebunan terjadi di pintu masuk perkantoran PT HIM, Tiyuh (Desa) Penumangan, Kecamatan Tulangbawang Tengah, Kabupaten Tulangbawang Barat, Rabu (2/3/2022), sekitar pukul 15.30 WIB.
Seorang warga Masyarakat Adat Lima Keturunan Bandardewa bernama Birin mengalami pecah kepala atau luka di kepalanya ketika ingin mempertanyakan rekannya, Amin, yang diamankan pihak kepolisian.
Sebelum terjadinya gesekan, aparat kepolisian menjemput Amin atas laporan pihak PT Huma Indah Mekar (HIM). Warga lalu mendatangi pos Satpam PT HIM mempertanyakan rekannya.
Namun, diduga, ada dari pihak PT HIM yang memukul kepada warga hingga luka mengalir ke wajahnya. “Siapa yang memukul,” jerit seorang warga diikuti lemparan batu hingga kaca satpam pecah.
Aparat kepolisian melepaskan gas air mata buat mengendalikan warga yang sebagian sudah beringas sambil menenteng senjata tajam. Seorang warga berusaha menenangkan warga lainnya dan minta pihak kepolisian netral, ada di tengah.
Beberapa menit kemudian suasana mereda, pihak keamanan perusahaan perkebunan dan kepolisian terlihat berusaha pula menahan diri sehingga terhindar dari bentrokan lebih besar.
Melansir Lampungposkota.co.id, Seorang saksi kepada mengatakan warga datang naik sepeda motor untuk mempertanyakan keberadaan temannya setelah sebelumnya aparat kepolisian membawanya.
Menurut warga, pukul 14.15 WIB, mereka mengambil tenda dan akan bermalam di depan pintu masuk perkebunan karet milik Aburizal Bakrie hingga kawannya dibebaskan.
Hingga kini, media ini terus memantau lokasi peristiwa sekaligus mengkonfirmasi peristiwa keributan dari pihak kompeten.
Masyarakat Adat Lima Keturunan Bandardewa yang telah berjuang 40 tahun untuk menguasai kembali 1470 hektare lahan marganya 1470 ha lahan yang mereka yakin di luar HGU PT HIM, lewat HGU No 16 Tahun 1989. (Tim)