Tubaba, lensahukumnews.com – Di tengah riuh gegap gempita perayaan HUT RI ke-80, suara getir justru menyeruak dari rakyat kecil. Bambang Sugiarto, akrab disapa Sarban, tokoh masyarakat Kelurahan Panaragan Jaya, RT 001 RW 002, tak mampu lagi membendung kekecewaannya.
Pria kelahiran Singga Raja Baru, 17 Agustus 1955 itu, kini tepat berusia 70 tahun. Namun di hari yang seharusnya penuh makna itu, ia justru menelan pahitnya kenyataan: pemerintah daerah yang mestinya hadir sebagai pelindung rakyat, baginya hanyalah sosok yang “datang kalau ada acara, hilang kalau rakyat butuh.
“Selama ini kami seperti tidak dianggap. Bantuan minim, perhatian pun nihil. Pemerintah hanya muncul di depan panggung, di baliknya kami dibiarkan berjuang sendiri,” ungkapnya dengan suara bergetar menahan kecewa.
Lebih jauh, Sarban menilai kemerdekaan yang diperingati tiap tahun hanya sebatas seremoni tanpa makna nyata.
“Bendera memang berkibar, tapi perut rakyat jangan dibiarkan lapar. Kami ingin pemerintah benar-benar turun, bukan sekadar hadir saat sorot kamera,” tegasnya.
Pernyataan Sarban seakan menjadi tamparan keras bagi Pemkab Tulang Bawang Barat. Di tengah upacara dan pesta rakyat, suara sederhana ini mengingatkan bahwa kemerdekaan belum sepenuhnya merata: masih ada rakyat kecil yang merasa ditinggalkan.
Apalah arti 80 tahun Indonesia merdeka, jika warganya masih harus bertanya: di mana pemerintah ketika rakyat benar-benar membutuhkan?
(Nurul)

