Ditulis oleh : Yudi Kisworo
“Saya hanya ingin pulang, bersujud memohon maaf kepada orangtua, dan melanjutkan kuliah, yang lain saya serahkan kepada Tuhan.”
Kata remaja yang diketahui bernama Yuda Pratama, saat ditemui dipelataran GOR Stadion Sukung, Lampung Utara (Lampura), dikegiatan bakti warga binaan untuk Lampura, minggu (06/02).
Meski sudah diamati secara seksama, sama sekali tidak terlihat beringas atau jumawa dari warga binaan Lapas Kelas IIA Kotabumi satu ini, meski lukisan 3Dnya berhasil membawa Lampura meduduki peringkat 2, di Mural Competition Provinsi Lampung, dalam ajang wisata budaya milenial tahun 2020 silam, di Taman Budaya Lampung.
Mahasiswa salah satu Universitas di Padang yang dropout ini, sukses merubah seramnya jeruji besi Lapas Kelas IIA Kotabumi sebagai kanvas bernilai seni tinggi, dan tidak dipungkiri sudah berhasil menghipnotis mata yang sekedar melintas atau mengunjungi kerabatnya di Lapas tersebut.
Tapi Yuda Pratama tidak seberuntung karya seninya, dikagumi banyak orang, karena warga Bukit Tinggi, Sumatera Barat ini tidak pernah dikunjungi orang terdekatnya, sebab dia tidak memiliki sanak famili di Lampung.
Bahkan sampai saat ini, Yuda tidak mendapatkan apresiasi, meski karya seninya sudah membawa nama daerah.
Yuda hanya berharap, dirinya bisa kembali berkumpul dengan keluarganya dan bisa diterima lingkungannya kelak usai menebus kesalahannya di Lapas Kelas IIA Kotabumi.
“Saya sudah melakukan yang salah, dan saat ini saya sedang menebusnya. Semoga masih ada tempat untuk saya nanti,” Ujar Yuda, seraya menorehkan cat lukisanya dimedia tampah (alat menampil beras), untuk dijual kepada warga yang menjalani aktivitas olahraga di stadion Sukung Kotabumi.
Ketika ditanya jika ada yang membayar hasil karya seninya yang dijual itu, Yuda mengatakan, untuk tabungan dirinya kembali ke kampung halaman, dan membantu membeli cat agar bisa turut mewarnai Stadion Sukung yang mulai pudar.
“Buat biaya saya pulang ke Padang, saat bebas nanti, lebihnya untuk Lapas karena bahan untuk melukis mereka yang membeli,” Jawabnya sederhana.
Dari Yuda yang kini sedang menjalani sisa masa tahanannya karena tersandung masalah narkoba, berhasil menunjukan arti dari kata berubah, mengajarkan tentang sebuah keikhlasan, dan menerima walau bakti karyanya tidak dihargai. Bahkan membuktikan dapat menghasilkan karya yang hebat dengan keterbatasan yang dijalaninya saat ini.