Tubaba, lensahukumnews.com — Kisruh pemilihan pengurus Badan Kerja Sama Antar Gereja (BKSAG) Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) yang seharusnya menjadi wadah persaudaraan rohani, kini berubah menjadi panggung fitnah dan intrik memalukan antar pendeta.
Bukan lagi sekadar beda pendapat, melainkan perang urat syaraf dan tuduhan keji yang menyeret nama baik pelayan Tuhan di hadapan jemaat.
Dari hasil penelusuran lensahukumnews.com, dua nama kembali mencuat sebagai biang kisruh: Pendeta Mauli dan Pendeta Yosua.
Keduanya diduga sebagai provokator yang memperkeruh hasil pemilihan pengurus BKSAG yang digelar pada 25 Agustus 2025 di Gereja GTDI Margo Dadi.
Padahal, pemilihan yang berlangsung demokratis dan terbuka itu sempat berjalan lancar. Namun, beberapa hari setelahnya, muncul gelombang pengunduran diri dan tudingan liar terhadap ketua terpilih, Pendeta Daniel.
Dugaan Fitnah ke Ketua Terpilih
Pendeta Mauli disebut-sebut melontarkan serangkaian tudingan terhadap Daniel, antara lain:
1. Tidak bisa bekerja sama dengan pengurus lain.
2. Menggunakan ijazah palsu.
3. Tidak menyalurkan bantuan dana dari Wakil Ketua DPRD Tubaba, Ponco Nugroho.
Sementara Pendeta Yosua mendorong adanya pemilihan ulang dan menuduh Daniel menggelapkan dana hibah Natal 2014, dengan mengaku sebagai bendahara kala itu.
Namun tudingan tersebut tidak pernah dibuktikan secara resmi, hanya beredar lewat obrolan dan pesan pribadi antar pengurus.
Ketua panitia pemilihan, Pendeta Joko, sempat memfasilitasi pertemuan antara kedua pihak untuk mencari jalan damai.
Namun suasana tetap tegang, bahkan beberapa pihak memilih absen dengan alasan “tidak siap bertemu”.“Kami sudah coba mempertemukan mereka. Tapi sampai hari ini belum ada titik terang. Harapan kami semuanya kembali ke AD/ART dan musyawarah gereja-gereja,” ujar Joko, beberapa hari yang lalu saat dikonfirmasi.
Pernyataan Tegas Pendeta Daniel Ketua terpilih, Pendeta Daniel akhirnya bersuara melalui pengaca yang mendampinginya Sanudi SH, Ibrahim, Darwin, Sunarwan dan Da,as Arifin. Sanudi SH dan Ibrahim menegaskan bahwa persoalan ini bukan lagi soal jabatan, tapi soal harga diri dan integritas rohani yang telah dicemarkan oleh rekan sepelayanan.
“klien kami pdt Daniel tidak mempermasalahkan jabatan. Tapi beliau tidak bisa diam ketika namanya difitnah tanpa bukti. Beliau pelayan Tuhan, bukan pencari kedudukan,” tegas Ibrahim.
Sanudi SH menegaskan bahwa semua tuduhan, termasuk soal ijazah dan dana bantuan, adalah fitnah keji yang dilontarkan tanpa dasar hukum maupun fakta.
Ia pun menyayangkan sikap rekan-rekannya yang memilih jalan tudingan ketimbang tabayun atau klarifikasi secara rohani.
“klien kami difitnah, dijelekkan di hadapan jemaat. Padahal kebenaran itu sederhana — tinggal datang dan bicara. Tapi mereka memilih mencemarkan nama saya di belakang. Itu bukan jalan Tuhan,” ujarnya dengan nada kecewa.
Karena itu, Daniel memutuskan menempuh jalur hukum. Ia telah menunjuk Sanudi SH, Ibrahim, Darwin, Sunarwan dan Da,as Arifin untuk mendampingi dan mengusut perbuatan yang dinilainya melanggar hukum dan etika pelayanan.
“klien kami ingin kebenaran ditegakkan. Biar hukum bicara, supaya semua tahu siapa yang menebar fitnah dan siapa yang menjadi korban,” pungkas Sanudi.
Lanjutnya, “Besok sore, rabo klien kami akan ada pertemuan dengan panitia BKSAG untuk membahas permasalahan tersebut.”ujarnya mengakhiri.
Lembaga Rohani yang Kehilangan Roh, Kisruh ini membuat banyak jemaat resah.
Alih-alih membawa damai dan persatuan, BKSAG Tubaba kini justru menjadi cermin buram dari ambisi dan ego para pelayan Tuhan.
Seorang jemaat yang enggan disebut namanya berkata getir: “Kami malu, pendeta-pendeta kok seperti ini. Harusnya mereka jadi panutan, bukan sumber gosip dan fitnah.”
Sementara itu, beberapa tokoh gereja menilai bahwa BKSAG Tubaba perlu dibenahi total, bukan hanya secara struktur, tapi juga dalam hal moral dan kejujuran rohani
(Nurul)