Tulangbawang Barat – Musim tanam tahun ini petani Tiyuh Mulyajaya, Gunungagung, Tulangbawang Barat (Tubaba) harus menjerit lagi, pasalnya selain pupuk yang langka, harganya juga ikut meroket.
Akibat akumulasi tersebut, para petani terancam gagal tanam, menurut salah seorang anggota kelompok tani di tiyuh Mulyajaya yang tidak ingin namanya disebut ini penyebabnya adalah harga pupuk yang dijual diatas harga rata-rata.
Untuk pupuk urea jelas dia, petani hari menebus lebih dari Rp. 150 ribu.
“Bagaiamana kami akan bercocok tanam, kalah untuk membeli pupuk saja kami tidak mampu,” Keluh dia, rabu (08/12)
Selain pupuk, dia juga mengeluhkan kelakuan Poniman, ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan) Lestari Jaya yang sudah menjual cetakan bata bolong, dan bajak bantuan dari dinas pertanian tahun 2016 yang lalu.
“Bahkan dana simpan pinjampun tidak dikucurkan kepada anggota,” Ketusnya.
Terpisah, menindaklanjuti laporan tersebut, meski Poniman yang awalnya tidak merespon saat ingin dikonfirmasi via telepon, akhirnya memberikan penjelasan, saat ditemui dirumahnya.
Poniman dengan tegas membantah semua yang dituduhkan kepada dirinya, dia mengatakan menyalurkan pupuk sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
“Mungkin mereka beli ditempat lain, bukan melalui Gapoktan,” Kilahnya.
Mengenai bajak, terang Poniman, dia tidak pernah menjualnya, bajak tersebut jelas Poniman masih ada dan dikelola oleh Gapoktan.
“Itu bajaknya masih dikelola oleh Gapoktan, ga ada saya jual-jual. Kalau soal cetakan bata, saya tidak tau menau,” Terang dia.
Bahkan Poniman menuding mengenai jalan pertanian yang dituduhkan kepada dirinya adalah bohong, tapi ketika ditanya mengenai dana sebesar Rp.100 juta yang raib, Poniman mengakuinya.
“Ya benar hilang dibawa lari oleh Tulus Widodo, tapi sebagai bentuk tanggung jawab, saya sudah melaporkan kepada yang berwenang. Kalau soal jalan pertanian itu bohong, karena saya sendiri yang melihat pekerjaan tersebut, saksinya Danton sebagai pelaksananya” Tegasnya.
Dana yang raib tersebut, terang Poniman, berasal dari bantuan Dinas pertanian Tubaba pada tahun 2011, dan sudah dimanfaatkan oleh Gapoktan hingga tahun 2012, melalui monitoring uang itu disetorkan ke Bank.
“Nah waktu mau ditarik untuk dimanfaatkan kembali oleh Gapoktanlah, uang itu dibawa lari oleh Tulus Widodo yang saat itu menjabat sebagai bendahara,” Pungkas dia. (NRL/KIS)