Oleh Kisworo Yudi
Lampung Utara – Entah kenapa tiba-tiba diawal tahun ini pejabat dan petinggi daerah, khususnya Lampung Utara (Lampura) riuh mengkampampanyekan destinasi wisata, tentu ini bukan suatu hal yang tabu, tapi sepertinya sedikit terlambat, dan semoga bukan hanya seremonial belaka untuk memanfaatkan anggaran yang tidak juntrung manfaatnya.
Karena trend wisata di Lampura, sudah mulai menggeliat sejak tiga sampai empat tahun yang lalu digerakan oleh pemerintahan desa, contohnya Taman Wisata Kimalpark, Thirta Shinta, yang sedang booming green bamboo, Taman Rekreasi Bening Indah dan Taman Rekrasi Kolektif Desa Subik Abung Tengah. bahkan yang terbaru sedang dalam tahap perencanaan adalah Wisata Terpadu Kotabumi Utara, yang bukan hanya sekedar wisata memanjakan mata, akan tetapi ada edukasi bagi pengunjungnya. Rancangan kreatif ini terbentukh asil kerjasama Desa Wonomarto, Madukoro, dan Sawojajar yang digawangi oleh Doni F Fahmi Camat Kotabumi Utara beberapa waktu yang lalu.
Selama dalam perjalanannya destinasi wisata desa yang ada, sedikit kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah, baik secara promosi maupun fasilitas pendukung menuju destinasi wisata, padahal kalau diupayakan secara maksimal dengan biaya yang tidak begitu banyak menguras APBD, dapat mendatangkan PAD bagi pemerintah.
Secara geografis, wisata yang sudah ada ini cukup mendukung baik secara jarak maupun keamanan, bahkan sebagian sudah masuk dalam kalender wisata Pesona Indonesia yang menjadi ikon destinasi wisatawisata negara ini melalui Festival Wonomarto pada 2019 silam, meski diketahui sedikit mendapat dukungan pemerintah daerah, mampu menarik wisatawan dan investor menanamkan modalnya untuk pengembangan daerah tersebut, baik di sektor wisata maupun usaha pendukung yang berpotensi didaerah tersebut. Disayangkan jika ini tidak diindahkan oleh pemerintah daerah, karena jujur keterbatasan anggaran dan jeleknya infrastruktur dapat mematikan objek wisata tersebut.
Sudah selayaknya pemerintah daerah melalui Dispora yang notabene leading sektor bidang tersebut dengan keterbatasan anggaran mampu menggandeng pengelola wisata dan komunitas penggiat wisata lokal, daripada membuat wacana dan perencanaan yang dapat menguras anggaran tanpa implementasi yang jelas.
Karena anggaran perencanaan dapat dialihkan untuk kegiatan nyata yang bermanfaat daripada kegiatan seremoni yang hanya berupa wacana saja. Berdasarkan hasil survey dan kajian, banyak destinasi wisata milik pemerintah daerah yang mangkrak, ini bisa jadi karena tidak melibatkan masyarakat sekitar dan kalangan yang berkompeten dibidangnya.
Inilah waktunya Moveon dong Lampung Utara, jangan sekedar menjadi jargon saja, waktunya bertindak dan tinggalkan yang hanya menjadi wacana. Karena destinasi wisata selain dapat mendongkrak PAD juga mampu mengangkat derajat perekonomian masyarakat lokal, melalui UMKM dan ekonomi kreatif.