Lampung Utara | Lensa Hukum News
Askari (55) merupakan salah satu Peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat segmen peserta mandiri yang sangat memahami pentingnya memiliki jaminan kesehatan. Warga Desa Sukamaju yang akrab disapa Pak Haji ini dengan ramah menyambut Tim dan menceritakan awal mulanya ia tertarik menjadi Peserta JKN-KIS, Senin (04/11).
“Saya sudah mengetahui adanya program JKN-KIS dari tahun 2014 tapi waktu itu masih ada keraguan di hati saya tentang manfaat program ini makanya saya tidak langsung mendaftarkan diri jadi peserta. Makin lama program ini berjalan semakin sering saya melihat orang-orang yang terbantu pengobatannya karena memiliki KIS,” ujar Askari mengawali perbincangan.
Terutama saat memahami prinsip dari Program JKN-KIS adalah gotong royong Askari mengaku semakin tergerak hatinya ingin segera menjadi peserta JKN agar iuran yang ia bayarkan dapat bermanfaat untuk orang lain yang sedang sakit.
“Saya menganggap iuran yang saya bayarkan ini adalah sedekah yang amalnya akan terus mengalir. Tidak perlu merasa rugi jika tidak pernah menggunakan JKN-KIS untuk berobat karena itu tandanya kita masih diberi rezeki sehat lahir batin, harusnya kita bersyukur akan hal tersebut, pahami prinsipnya, saya jamin masyarakat yang masih menentang akan tertarik ikuti Program JKN-KIS,” tambahnya.
Askari mengaku salut dengan program JKN-KIS karena dengan iurannya yang terbilang murah jika dibandingkan dengan asuransi lain namun tetap menjamin pengobatan penyakit-penyakit kronis yang memakan biaya pengobatan sangat besar.
“Bahkan penyakit berat seperti jantung dan kanker saja dijamin. Belum lagi yang harus berobat rutin seperti cuci darah, saya tidak bisa membayangkan berapa besar biaya yang dibutuhkan jika tidak memiliki KIS. Memang sih banyak orang yang mengeluh karena berobat menggunakan KIS harus mengantre panjang dan lama. Tapi itu hal yang wajar kan? Yang sakit kan banyak,” kata Askari.
Askari menekankan pentingnya mengikuti prosedur dalam berobat agar tidak merasa kecewa karena mengira diperlakukan dengan kurang baik oleh petugas kesehatan.
“Kita harus mencari tahu dulu sebenarnya alur pelayanan dalam program ini bagaimana. Harus ke puskesmas dulu kah? Keadaan darurat seperti apakah yang diperbolehkan langsung berobat ke rumah sakit? Hal-hal seperti ini kan sebenernya sudah ada informasinya dimana-mana, tinggal kitanya saja mau mencari tahu atau tidak. Jangan sampai kita marah karena merasa di “ping-pong” ke sana-sini padahal kitanya yang salah prosedur,” lanjutnya.
Sebagai penutup Askari menghimbau masyarakat yang belum memiliki kartu JKN-KIS untuk segera mendaftar menjadi peserta JKN-KIS dan tidak lupa untuk membayar iurannya tepat waktu setiap bulan.
“Manfaat program yang mulia ini luar biasa. Selain untuk bersedekah, kita juga bisa tenang menjalani aktifitas sehari-hari karena telah memiliki jaminan kesehatan. Asal sesuai indikasi medis pasti biaya pengobatan kita akan dijamin oleh BPJS Kesehatan. Makanya tunggu apalagi, ayo jadi peserta JKN-KIS,” tutup Askari. (Imam)